Welcome to my blog

Sebuah persembahan dan dedikasi atas segala hasil karyaku.

Jumat, 18 Maret 2011

What My Strengthness?

APA KELEBIHANKU ?
Oleh : Choirul Fauzi

Kehidupan yang selalu berubah serta penuh dengan perbedaan antara keadaan seseorang dengan orang yang lain, seringlah menimbulkan kejengkelan, kecemburuan dan putus asa. Sering kali kita menyesali, mengapa orang lain lebih bahagia daripada kita, padahal tingkah laku mereka tidak lebih baik daripada kita. Kita yang telah berusaha berbuat baik, penderitaan malah sering mengikuti seperti bayangan kita sendiri. Apakah ada kesalahan kita? Mengapa pula di dunia ini ada orang yang kaya-miskin, sehat-sakit-sakitan, umur panjang-umur pendek, cantik-jelek, pandai-bodoh, dan masih panjang lagi daftar ini bila semua dituliskan.
Perasaan kita kadang lebih hancur bila kita mengingat penderitaan seakan lebih sering terjadi pada kita dibandingkan pada orang lain. Hal semacam ini juga terjadi dalam kehidupan kampus, rasanya kita telah lebih banyak belajar untuk persiapan ujian, kenapa orang yang lebih tidak siap menghadapi ujian sering memperoleh nilai yang hampir sama, bahkan kadang sama atau malah melebihi nilai kita. Kita kecewa. Kita kemudian bertanya dalam hati, apakah kesalahan kita? Apakah benar ini cobaan hidup? Siapakah yang mencoba? Kita terus berusaha mencari 'kambing hitam' atas kesulitan yang dialami.
Namun, lebih baik untuk tidak menyalahkan pihak lain atas kesulitan kita. Semua penderitaan dan masalah kehidupan pasti ada penyebabnya. Setiap orang memiliki penyebabnya masing-masing.
Oleh karena itu, sungguh tidak tepat bila dalam diri kita masih juga muncul kejengkelan, iri hati terhadap kebahagiaan orang lain, bahkan amat keliru kalau kita sampai putus asa, patah semangat hidup dalam menghadapi perubahan yang terus terjadi dalam kehidupan. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kehidupan ini memang selalu berisikan perbedaan, saling bertolak belakang. Perbedaan dalam dunia ini malah sering diibaratkan sebagai saudara kembar. Artinya, kita tidak mungkin hanya menerima satu sisi dan menolak sisi yang lainnya. Kita hanya mau menerima sisi kebahagiaan saja dan menolak sisi yang berisikan penderitaan. Tidak bisa. Tidak mungkin. Kita pasti menerima keduanya.
Menerima kedua kenyataan hidup ini sering membuat pikiran kita menjadi tidak seimbang. Kadang pikiran merasa senang, tetapi tidak jarang pikiran menjadi sedih. Sungguh sulit untuk bertahan pada pikiran yang penuh kebahagiaan.
Bila diamati, kondisi bahwa segala sesuatu selalu berubah ini adalah merupakan hakekat kehidupan. Perubahan itu sendiri adalah netral, tidak menyedihkan maupun menggembirakan. Munculnya perasaan suka maupun duka dalam menghadapi perubahan itu adalah hasil pikiran kita sendiri. Oleh karena itu, tidak mungkin kita mampu mengubah dunia. Tidak mungkin kita mengubah kenyataan. Hal yang mampu kita lakukan adalah mengubah cara berpikir kita sendiri.
Siap menerima kenyataan sebagai kenyataan, bukan seperti yang kita harapkan menjadi kenyataan. Cara berpikir yang salahlah yang membuat kita menderita. Cara berpikir yang salah ini karena kita terlalu mengharapkan kenyataan dapat berubah sesuai dengan keinginan kita. Makin besar keinginan mengubah kenyataan, makin besar pula penderitaan dan kekecewaan yang akan dirasakan. Kita ingin selalu berkumpul dengan segala sesuatu yang dicinta. Sebaliknya, kita selalu berusaha menolak untuk bertemu dengan apapun yang kita benci. Kenyataannya, kita pasti akan berpisah dengan segala yang dicinta dan bertemu dengan hal-hal yang dibenci. Karena itu, kita hendaknya mengubah cara berpikir agar mampu menerima kehidupan ini sebagaimana adanya.
Mari kita rubah cara pandang kita dalam kehidupan ini, karena sesungguhnya orang hanya saling memperhatikan antara satu dengan yang lainnya. Apabila ia melihat orang lain memiliki sesuatu yang ia sendiri belum memiliki maka ia katakan orang itu berbahagia. Kenyataannya, kebahagiaan relatif sifatnya. Kebahagiaan adalah urusan pribadi, tidak dapat diukur oleh orang lain.
Pada dasarnya manusia itu “Tak Ada yang yang sempurna”. Tapi, tidak dapat dipungkiri bahwa manusia faktanya sejak lahir sudah dibekali akal pikiran dan fitrah (potensi), dengan bekal akal pikiran tersebut manusia dapat mengembangkan potensi dan cara berpikirnya secara bertahap dan Up to Date. Manusia seyogyanya dapat memanusiakan manusia dalam artian manusia tersebut bisa membuat dirinya diterima oleh khalayak banyak dan berdedikasi dalam segala hal. Namun belum tentu semua manusia yang berakal bisa mengoperasikan akalnya dengan baik, banyak orang pintar dewasa ini namun banyak juga kepintaran itu disalah gunakan, jadi bukan jaminan semua manusia yang berakal juga berakhlaq (berperilaku baik), alangkah baiknya kepintaran itu juga diimbangi dengan etika-etika kehidupan dalam segala hal. Perlu diketahui, bahwa manusia tak luput dari kesalahan, segala hal yang bersifat benar dan sempurna hanya milik Tuhan YME.
Aku terus memikirkan diriku dan memikirkan apa kelebihanku, sehingga aku lupa akan kekuranganku, yang sebenarnya lebih banyak dan lebih menonjol dan seharusnya pulla aku memperbaiki kekurangan itu, bukan menutupi dari hal yang lebih dari diriku, bukanya aku terus membanggakan kelebihan yang sebenarnya aku saja masih menyangsikannya. Aku masih saja memandang seseorang itu lebih karena dia bukan dirinya, dan aku selalu mencari kelemahan orang tersebut serta kekurangan apa yang ada pada diri mereka, Sikap rendah diri yang terbalut dalam keluhanku menjadi momok tersendiri yang membuatku dijauhi bahkan di kucilkan dari pergaulan, mereka segan akan diriku yang tidak ingin direndahkan, bukan atas dasar yang lebih terhormat, bakat dan kemauan misalnya.
Aku selalu menonjolkan hal yang aku nilai dan hargai sebagai milikku dan hakku, dan tidak memikirkan hak orang lain yang lebih penting, dan aku masih saja memikirkan apakah ini manusiawi dan ini pantas, sedang aku sendiri tidak memikirkan ini pantas atau tidak bagi diriku sendiri.Tentu aku mempunyai rencana esok, lusa dan yang akan dating yang lebih baik dari ini, namun lagi-lagi itu hanya rencana yang tongkosong nyaring bunyinya, dan aku masih sebagai pecundang sejati yang lebih mementingkan diri sendiri.
Aku tahu sebenarnya tidak ada manusia yang sempurna dan tidak ada manusia yang alfa dari kesalahan dan kehilafan yang di perbuatnya, namun apa yang ada pada diriku. Aku bahkan menikmati dan terus melanjutkan kehilafan dan kealfaan yang lain, sehingga puas aku menumpuk segala dosa yang aku perbuat, aku berfikir tidak perlulah orang memikirkan aku, dan tak perlulah orang mengomentari aku, cukup mereka melihat menilai dan tentunya cukuplah mereka merasakan sendiri ketidak pantasan pada diriku sebagai bentuk dari diri mereka, begitu egoisnya aku bukan ?
Rasanya kita sepakat bahwa manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan. Biasanya kelebihan akan muncul dari bakat dan minat yang dibawa sejak orok (baca: keturunan atau bakat alam) atau proses pendidikan keluarga di masa kecil. Anehnya, banyak orang yang tidak menyadari apa bakat dan minatnya, tetapi segudang orang mengakui bahwa dirinya banyak kekurangan. Ada juga yang sebaliknya, yaitu orang-orang yang super angkuh, alias selalu merasa lebih tanpa kurang. Akibat ketidaktahuan akan bakat dan minat inilah sering membuat orang salah jalan, terutama dalam memilih bidang keahlian dan pekerjaannya. Titik kritisnya terjadi manakala seseorang masuk bangku kuliah karena kebanyakan sudah harus fokus pada jurusan tertentu.Ada yang berteori, bahwa bakat ada yang dominan pola pikir atau dominan jiwa seninya.Ada yang eksak atau non eksak. Ada yang terlalu menuhankan pola pikir logika daripada suara hati (perasaaan), atau juga sebaliknya.
Bakat dan minat akan sukses dipoles manakala seseorang mampu tampil sebagai dirinya sendiri. Bukan atas tekanan orangtua, guru, teman atau pihak luar lainnya. Bisa jadi orangtuanya seniman, tapi anaknya tidak suka bidang seni. Bisa jadi kuliahnya bidang pertambangan, tapi nalurinya mendorong dia untuk bertani. Bisa jadi belajarnya tentang teknik sipil, namun karena hobbynya game dan komputer, malah jalur rizkynya jadi teknisi jaringan internet/komputer di hotel berbintang lima.
Yang kita perlu hati-hati adalah jangan sampai bakat dan minat serta kelebihan kita menjadi terperosok dengan memaksakan pada orang lain untuk mengikuti alur kita. Ingat bahwa orang lain juga punya bakat dan minat sendiri. Ingat pula bahwa kita banyak kekurangan yang mungkin terlalu angkuh untuk disembunyikan agar kesan menjadi serba lebih.
Bisa jadi kita diremehkan kemampuannya oleh orang lain di wilayah sendiri, tetapi kita sangat diperhitungkan dan dihargai oleh orang dari wilayah lain. Hikmah hijrah kadang menjadi bukti tersendiri. Teman di kandang cenderung tahu kelemahan dan selalu menilai mulai dari kelemahan kita. Walaupun kita membuat prestasi, nilai prestasi tetap akan dikurangi dari kelemahan kita itu. Bahkan teman-teman 'baik' ini kadang sengaja memberikan pekerjaan/tugas yang menjadi sisi lemah, sebagai sebuah 'jebakan karier' bagi perjalanan hidup kita.
Menjadi diri sendiri adalah pilihan terbaik. Wajar jika ada yang mencemooh, tapi yakin tentu ada yang memuji. Dunia ini tercipta secara berpasangan. Mengolah bakat dan minat dapat dilakukan dimana saja, namun memang akan lebih cepat berkembang jika lingkungan mendukungnya, yaitu mereka yang menilai kita dari rasa mengerti tentang siapa kita, bukan menilai dengan membandingkan kita dengan para juri itu yang tentu selalu merasa serba punya kelebihan.
kadar kemampuan seseorang itu terpartisi sendiri-sendiri layaknya hardisk di computer, sulit jika harus mengukur kelebihan seseorang. Karena kelebihan itu muncul dari naluri dan potensi pribadi masing-masing, kalau kita yakin dengan pendirian dan kemampuan kita, maka otomatis kelebihan itu muncul dengan sendirinya. Akan tetapi kadang juga dibalik suatu kekurangan tanpa disadari akan menjadi suatu kelebihan tersendiri. Namun juga sebaliknya, jika kita menampilkan kelebihan kita secara over dan tidak sesuai pada tempatnya, tidak menutup kemungkinan kelebihan tersebut akan menjadi dampak yang buruk bagi kita sendiri, kelebihan itu bersifat relative yakni seseorang yang mungkin lebih bisa melihat dan menilai kelebihan kita daripada diri kita sendiri. Kebanyakan kita baru sadar akan kelebihan kita setelah kita mendapat pujian dari orang lain atau saat kita sedang merenungi pribadi kita sendiri.
Dibalik segala kegagalan dan keberhasilan dari perjalanan hidup pasti terdapat hikmah yang dapat membuat kita semakin tegar dan kuat. Dan apapun kelemahan maupun kelebihan dari diriku semuanya itu hanya bersifat semu. Kita hanya sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai banyak keterbatasan. Segala kelebihanku merupakan sebuah amanah dari yang maha kuasa yang patut kita jaga dan kita amalkan kelak. Dan yang amat penting selalu mendekatkan diri kepada Tuhan YME.
Dan kita harus yakin bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, jika ada manusia yang merasa bahwa dirinya sempurna berarti dia tidak meyakini adanya Tuhan, karena segala kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT, TUHAN pencipta semesta alam beserta apa yang ada didalamnya.